Assalamu'alaikum...
“Hubungan yang baik antara satu dengan lain dan khususnya antara muslim yang satu dengan muslim lainnya merupakan sesuatu yang harus dijalin dengan sebaik-baiknya. Ini karena Allah telah menggariskan bahwa mukmin itu bersaudara. Itulah sebabnya, segala bentuk sikap dan sifat yang akan memperkukuh dan memantapkan persaudaraan harus ditumbuhkan dan dipelihara, sedangkan segala bentuk sikap dan sifat yang dapat merusak ukhuwah harus dihilangkan.
Agar hubungan ukhuwah islamiyah itu tetap terjalin dengan baik, salah satu sifat positif yang harus dipenuhi adalah husnuzhon (berbaik sangka). Oleh karena itu, apabila kita mendapatkan informasi negatif tentang sesuatu yang terkait dengan peribadi seseorang apalagi seorang muslim, maka kita harus melakukan tabayyun (penyelidikan) terlebih dahulu sebelum mempercayainya apalagi meresponnya secara negatif, Allah berfirman yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan.” Q.S Al-Hujuraat : 6
Manfaat Berbaik Sangka
Ada banyak nilai dan manfaat yang diperolehi seseorang muslim bila dia memiliki sifat husnuzhan kepada orang lain. Pertama, hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik, perkara ini karena berbaik sangka dalam hubungan sesama muslim akan menghindari terjadinya keretakan hubungan. Bahkan
keharmonian hubungan akan semakin terasa karena tidak ada halangan psikologis yang menghambat hubungan itu. Kedua, terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama karena buruk sangka akan membuat seseorang menimpakan keburukan kepada orang lain tanpa bukti yang benar, Allah berfirman sebagaimana yang disebutkan pada Surah Al-Hujuraat Ayat 6 di atas. Ketiga, selalu berbahagia atas segala kemajuan yang dicapai orang lain, meskipun kita sendiri belum dapat mencapainya, perkara ini memiliki erti yang sangat penting, karena dengan demikian jiwa kita menjadi tenang dan terhindar dari iri hati yang boleh berkembang pada dosa-dosa baru sebagai kelanjutannya. Ini bererti kebaikan dan kejujuran akan membawa kita pada kebaikan yang banyak dan dosa serta keburukan akan membawa kita pada dosa-dosa berikutnya yang lebih besar lagi dengan dampak negatif yang semakin banyak.
Ruginya Berburuk Sangka
Manakala kita melakukan atau memiliki sifat berburuk sangka, ada sejumlah kerugian yang akan kita perolehi, baik dalam kehidupan di dunia mahupun di akhirat. Pertama, mendapat dosa. Berburuk sangka(su’udzhon) merupakan sesuatu yang jelas-jelas bernilai dosa, karena disamping kita sudah menganggap orang lain tidak baik tanpa dasar yang jelas, berusaha menyelidiki atau mencari-cari keburukan orang lain, juga akan membuat kita melakukan dan mengungkapkan segala sesuatu yang buruk tentang orang lain yang kita berburuk sangka kepadanya, Allah berfirman yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) karena sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani.” Q.S Al-Hujuraat : 12
Kedua, dusta yang besar. Berburuk sangka akan membuat kita menjadi rugi, karena apa yang kita kemukakan merupakan suatu dusta yang sebesar-besarnya, perkara ini disabdakan oleh Rasulullah : “Jauhilah prasangka itu, sebab prasangka itu pembicaraan yang paling dusta” HR.Muttafaqun alaihi
Ketiga, menimbulkan sifat buruk. Berburuk sangka kepada orang lain tidak hanya berakibat pada penilaian dosa dan dusta yang besar, tetapi juga akan mengakibatkan munculnya sifat-sifat buruk lainnya yang sangat berbahaya, baik dalam perkembangan pribadi maupun hubungannya dengan orang lain, sifat-sifat itu antara lain ghibah, kebencian, hasad, menjauhi hubungan dengan orang lain dll. Dalam satu hadith, Rasulullah bersabda : “Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke syurga. Selama seseorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Berhati-hatilah terhadap dusta, sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seseorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta. HR. Bukhari
Larangan Berburuk Sangka
Karena berburuk sangka merupakan sesuatu yang sangat tercela dan mengakibatkan kerugian, maka perbuatan ini sangat dilarang di dalam Islam sebagaimana yang sudah disebutkan pada Surah Al-Hujuraat Ayat 12 di atas. Untuk menjauhi perasaan berburuk sangka, maka masing-masing kita harus menyedari betapa hal ini sangat tidak baik dan tidak benar dalam hubungan persaudaraan, apalagi dengan sesama muslim dan aktivis dakwah. Disamping itu, bila ada benih- benih di dalam hati perasaan berburuk sangka, maka perkara itu harus segera dicegah dan dijauhi karena ia berasal dari godaan syaitan yang bermaksud buruk kepada kita. Dan yang lebih penting lagi adalah memperkukuh terus jalinan persaudaraan antara sesama muslim dan aktivis dakwah agar yang selalu kita kembangkan adalah berbaik sangka, bukan malah berburuk sangka.
Oleh karena itu, Khalifah Umar bin Khattab menyatakan: Janganlah kamu menyangka dengan satu kata pun yang keluar dari seorang saudaramu yang mukmin kecuali dengan kebaikan yang engkau dapatkan bahawa kata-kata itu mengandungi kebaikan. Demikian perkara-perkara dasar yang harus mendapat perhatian kita dalam kaitan dengan sikap husnuzhan (berbaik sangka). Ya Allah, bukakanlah ke atas kami hikmatMu dan limpahilah ke atas kami khazanah rahmatMu, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Wahai Tuhanku, tambahkanlah ilmuku dan luaskanlah kefahamanku. Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku
“Seandainya engkau menyampaikan keburukan saudaramu, Jika itu benar, maka berarti kamu sudah membuka aib saudaramu, dan jika itu salah, maka engkau sudah melakukan fitnah ”
Pasalnya, kata Islam itu sendiri berarti sikap pasrah kepada Allah.
Lebih dalamnya, Islam dapat diartikan berdamai dengan Allah. Kita tidak memiliki masalah kepada Allah dan juga tidak berpikiran negative kepada-Nya.
Dalam kehidupan, kita kerap mengalami kejadian yang menyenangkan ataupun tidak. Hampir tidak dapat dihindari dalam hati terbersit pikiran negative terhadap Tuhan, terutama jika mengalami nasib kurang baik. Jika berlarut, itulah titik permulaan dari malapetaka rohani dan tanda kebangkrutan spiritual.
Dalam salah satu hadis qudsi (firman Allah yang tak tercatat) disebutkan : “Aku ini mengikuti prasangka hamba Ku. Apabila dia berprasangka kepada Ku dengan baik, Aku pun akan baik kepadanya. Dan apabila dia berprasangka kepada Ku dengan prasangka buruk, Aku pun buruk kepadanya.”
Hadis qudsi di atas sebuah metaphor untuk senantiasa berpikir positif dalam keseharian kepada Allah SWT ataupun terhadap ciptaan-Nya, baik umat manusia maupun seluruh alam.
Seperti kita ketahui, di antara tanda-tanda kebesaran Allah ada penciptaan langit dan bumi. Seperti dalam firman-Nya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan di antara perbedaan malam dan siang, ada tanda-tanda bagi orang-orang yang mempunyai pikiran mendalam, yaitu mereka yang selalu ingat kepada Allah…”.
Atas dasar itu, sudah selayaknya kita memperhatikan alam sekitar. Alam ini tidak diciptakan dengan sia-sia, sehingga hal itu dapat menumbuhkan pikiran positif terhadap alam ataupun Sang Penciptanya.
Ayat itu diakhiri dengan permohonan kita kepada Allah untuk dihindarkan dari siksa neraka. Dalam konteks ayat tersebut atau dalam bahasa Arab disebut siyaqu al-ayat siyaqa yang bias dipahami : salah satu penyebab orang mengalami hidup sengsara ialah kalau dia mempunyai pikiran negative terhadap sesama ciptaan-Nya.
Dalam ayat lain, Al-Hujarat, Allah menyebutkan, “Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging bangkai saudaranya. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya….”
Maksud dari ayat ini : kalau kita membicarakan keburukan orang lain yang tidak ada di hadapan kita, hal itu bagaikan memakan bangkai saudara kita sendiri. Ini peringatan agar kita senantiasa menumbuhkan pikiran baik kepada Allah, sesama manusia dan alam.
Wassalamu'alaikum...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar Anda: