Kenapa kita perlu berpikir anak sebagai amanah?
Saya di sadarkan bahwa memahami anak sebagai amanah Alloh itu
ternyata mengandung rahasia yang cup mendasar dalam pengasuhan.
Amanah di sini aadalah titipan. Kenapa ini mendasar? Mari kita
bayangkan seandainya atasan kita aatau orang yang kita anggap penting itu
menitipkan laptop, kendaraan atau benda berharga lain ke kita, apa yang akan
kita lakukan? Pasti kita akan menjaganya melebihi kita menjaga benda-benda kita
sendiri.
Nah, jika kepada manusia saja kita berprilaku sedemikian rupa
terhadap barang titipannya, lebih-lebih jika kita menyadari dan memahami bahwa
anak kita itu adalah titipan Alloh Dzat yang penting dari segala yang kita
anggap penting. Sayang, sebagian besar manusia hanya tahu, namun tidak sadar
dan tidak memahami.
Akhirnya apa?
Sebagian besar kita
memahami bahwa anaknya adalah “benda” miliknya. Pemahaman ini sangat berdampak
pada model pengasuhan. Ketika kita memahami anak itu sebagai benda yang kita
miliki, maka secara psikologis, entah langsung atau tidak, kita merasa punya
hak, punya power, atau punya wewenang untuk “meng-apa-kan” saja sesuai kita.
Memang secara bahasa,
tentu tidak mungkin kita mengatakan si A milik Alloh ketika kita di tanya, itu
anak siapa? Kalau kita menjawab anak kita itu milik Alloh, pasti kita dibilang
orang aneh.
Jadi bagai mana?
Pentingnya memahami anak itu sebagai titipan Alloh bukan pada
pernyataan kata-kata, melainkan pemahaman dan perilaku.
“Anakmu bukanlah milikmu. Anakmu
adalah tanggung jawabmu” (Kahlil Gibran)
Postingan ini saya ambil dari buku "Cerdas Mengasuh Anak" bagian kesatu bahasan akhir. semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar Anda: